Friday, July 16, 2010

BERKAH ATAU MUSIBAH?





Di satu masa dahulu terdapat seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun dia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena dia memiliki kuda putih yang cantik. Bahkan raja juga menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, ia begitu gagah, anggun dan kuat.



Orang-orang menawarkan harga yang amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orang tua itu selalu menolak,

"Bagi saya, kuda ini bukanlah kuda," katanya.



"Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang.
Ia adalah sahabat. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat?"



Orang tua itu miskin dan selalu mendapat godaan besar. Tetapi dia tetap tidak mahu menjual kuda itu.



Suatu pagi, didapati bahawa kuda itu tidak ada di kandangnya. Orang-orang desa datang menemuinya.



"Orang tua bodoh," mereka mengejeknya.



"Sudah kami katakan bahawa seseorang akan mencuri kuda kamu. Kami peringatkan bahawa kamu akan dirompak. Kamu begitu miskin. Mana mungkin kamu dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya kamu menjualnya. Kamu boleh minta harga berapa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan kamu ditimpa oleh kemalangan."



Orang tua itu menjawab,


"Jangan terlalu cepat menghukum. Katakan saja bahawa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu. Apakah hanya kerena kuda saya tidak ada di kandangnya lalu kalian mengatakan bahawa saya telah mendapat musibah? Bagaimana kalian dapat mengetahui itu? Bagaimana kalian dapat menghakimi?"




Penduduk desa itu memprotes,


"Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak diperlukan. Fakta sederhana bahwa kuda kamu hilang adalah musibah."



Orang tua itu tersenyum dan berbicara lagi,


"Yang saya tahu hanyalah bahawa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu musibah atau berkah, saya tidak dapat katakan. Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?"



Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang tua itu sudah gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol. Kalau tidak, dia akan menjual kuda itu dan hidup dari duit yang diterimanya. Sebaliknya, dia seorang tukang potong kayu miskin, orang tua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Pendapatan yang dia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Lima belas hari kemudian…



Kuda itu kembali. Ia tidak dicuri, ia hanya lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar sedozen kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul di sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan,



"Orang tua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap musibah ternyata adalah berkah. Maafkan kami." kata salah seorang penduduk desa,



"Sekali lagi kalian bertindak gopoh dalam memutuskan sesuatu. Katakan saja bahawa kuda itu sudah kembali. Katakan saja bahawa sedozen kuda kembali bersamanya. Bagaimana kalian tahu bahawa ini adalah berkah? kamu hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana kamu dapat menilai? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun kalian menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata. Yang kalian tahu hanyalah sepotong dan janganlah terganggu dengan apa yang kalian tidak tahu."



"Barangkali orang tua itu benar," mereka berkata satu sama lain.



Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu orang tua itu salah. Mereka tahu itu adalah berkah. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak wang.



Orang tua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul di sekitar orang tua itu dan menilai.



"Kamu benar," kata mereka.



"Kamu sudah buktikan bahwa kamu benar. Sedozen kuda itu bukan berkah. Mereka adalah musibah. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tua Kamu tidak punya siapa-siapa untuk membantu kamu. Sekarang kamu lebih miskin lagi."



Orang tua itu berkata,



"Tidak perlu berfikir seburuk itu. Katakan saja bahawa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkah atau musibah? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong."



Dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri jiran. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orang tua itu yang tidak diminta karena dia cedera. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orang tua itu sambil menangis dan berteriak kerana anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali.



"Kamu benar, orang tua!" mereka menangis.



"Tuhan tahu, kamu benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkah. Kakinya patah, tetapi paling tidak dia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya."



Orang tua itu manjawab,



"Kalian selalu menarik kesimpulan sendiri. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini, anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkah atau musibah. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Tuhan Yang Maha Mengetahui."




Menarik bukan cerita di atas? Jadi saudara-saudaraku sekalian, janganlah kita mudah bersangka baik atau buruk atas setiap kejadia. Tuhan telah menentukan yang terbaik buat kita semua. Oleh itu sentiasalah bersangka baik di atas setiap kejadian yang ditentukan-Nya.




Firman Allah dalam surah Al-Hujurat ayat 6 yang Tafsirnya:



"Wahai orang-orang yang beriman! Jika datang kepada kamu seorang fasik membawa sesuatu berita, maka selidikilah (untuk menentukan) kebenarannya, supaya kamu tidak menimpakan sesuatu kaum dengan perkara yang tidak diingini - dengan sebab kejahilan kamu (mengenainya) - sehingga menjadikan kamu menyesali apa yang kamu telah lakukan."

Sunday, July 4, 2010

CARA TERBAIK MENEWASKAN YAHUDI LAKNATULLAH



Assalamualaikum. Akhir-akhir ini seluruh dunia menyaksikan kebiadaban Yahudi yang tidak berhati perut. Lantaran dari itu puluhan malah mungkin ribuan demontrasi diadakan bagi menunjukkan tentangan terhadap tindakan mereka. Namun apakah ini sudah cukup? Saya tertarik dengan satu artikel yang diletakkan oleh rakan di laman social facebook.


Artikel dari Ustaz Pahrol ini amat menarik dan mungkin akan terpalit betul-betul di dahi majoriti orang Melayu kita yang sibuk dengan kempen boikot dan demonstrasi yang kononnya menunjukkan gelagat tidak puas hati terhadap Israel. Kami kongsikan artikel ini untuk bacaan pembacayang beragama Islam yang berminat (nyata tiada paksaan).


Kisahnya begini…


Setelah pulang daripada demonstrasi anti-Yahudi, seorang Pak Cik berbual dengan saya sewaktu sama-sama menunggu giliran mendapat rawatan di sebuah klinik.


"Puas hati. Kami dah bakar bendera Israel. Hancur luluh dibuatnya. Gambar PM Israel pun banyak yang kami robek-robekkan. Kalaulah tidak mengenangkan undang-undang, kami dah bakar kedutaan Amerika. Tapi kami masih rasional," saya mengangguk-angguk kepala sahaja.


"Tel Aviv akan bergegar minggu ini dengan demonstrasi oleh seluruh dunia Islam. Dijangka banyak lagi siri demonstrasi akan diatur minggu hadapan. Awak jangan lepas peluang."


Saya mengangguk kepala. Mungkin kerana demam, saya banyak diam. Lagipun saya telah berjanji pada diri, dalam berinteraksi perlu menjadi pendengar.


"Eh, awak tidak ada respons langsung. Baru demam sikit… janganlah begitu. Rakyat Palestin dibom, ditembak dan disekat bekalan makanan dan keperluan. Itu lagi teruk."


Kali ini saya senyum. Saya bersuara perlahan, "Saya sokong tindakan Pak Cik dan demonstrasi menyatakan pendirian kita menentang kekejaman Yahudi."


"Bagus. Suara saya serak melaungkan takbir semalam. Dada ni sakit-sakit sejak akhir ni."


"Kenapa Pak Cik?"


"Rokok dik. Semuanya fasal rokok ni."



"Pak Cik hisap rokok apa?" saya mula teruja untuk berbual.



"Masih Winston. Dah sebati sejak dulu."



"Winston from America?" bisik saya perlahan.



Kali ini Pak Cik tu pula mengangguk-angguk.



"Sakit-sakit Pak cik pun masih kuat berdemonstrasi. Apa pandangan adik tentang demonstrasi ini?" kilasnya mengalih arah perbualan.



"Ada langkah yang lebih utama dan pertama daripada itu," tegas saya.



"Apa dia?"



"Solat Subuh berjemaah."



"Kita cakap bab jihad, awak bercakap bab ibadat." Muka pak Cik itu mula memerah. Tangannya mula digenggam.



"Jihad dan ibadat tidak terpisah. Bahkan ibadat itulah yang akan membangunkan roh jihad yang sejati."



"Kita mesti sanggup memikul senjata."



"Betul. Tetapi kuakkan dulu selimut menutup umat yang masih tidur menjelang Subuh."



"Saya tak faham."



"Pak Cik, Israel mesti ditentang menurut kaedah yang menyakitkan mereka."



"Apa yang menyakitkan mereka?"


"Mereka bimbang sekiranya bilangan orang Islam yang solat subuh berjemaah sama dengan bilangan orang Islam yang solat Jumaat! Ini diakui oleh cerdik pandai mereka sendiri."



"Jadi?"



"Sebaik-baik 'demonstrasi' ialah didik umat ini bersolat Subuh secara berjemaah di surau-surau dan masjid. Solat itu hubungan kita dengan Allah. Jangan harap musuh akan kalah, kalau Allah tidak bantu kita. Lihat di Badar, lihat di Khandak, bagaimana Rasulullah saw dan sahabat akrab dengan Allah. Lihat pula Salehuddin, lihat pula Muhammad al Fateh, bagaimana teguhnya mereka menjaga solat dan ibadat-ibadat khusus yang lain."


Hampir terlupa saya pada janji diri untuk lebih mendengar. Saya menarik nafas panjang. Kembali merenung Pak Cuik tersebut dengan senyuman.


"Awak rasa bakar bendera Israel tak perlu? Mana kemarahan awak?"


"Bakar bendera Israel boleh saja. Ayuh, bakarlah. Tetapi jangan membakar rokok Amerika dan sekutu Yahudi yang lain lebih perlu. Cukup kalau sebulan sahaja umat Islam berhenti merokok, mungkin jumlahnya sudah berjuta-juta ringgit. Dan wang yang terkumpul itu hantarkan ke misi bantuan kemanusiaan ke Gaza!"


"Awak sindir saya?"


"Pak Cik saya tidak menyindir. Kebanyakan umat Islam, termasuk saya, hanya bencikan Yahudi pada mulut sahaja tetapi pada tindakan tidak."


"Saya dah bertindak. Saya dah demonstrasi!"


Lagi-lagi ke situ fikirnya.


"Pak Cik dalam Al Quran, Allah tegaskan orang Yahudi itu tidak akan redha selagi kita umat Islam tidak mengikut cara hidup mereka."


"Siapa kata kita ikut cara hidup mereka?"


"Pak Cik, lihat betul-betul. Apakah masyarakat kita telah bangunkan cara hidup Islam?"


"Kita orang Islam. Cara hidup kita mesti Islam."


"Tidak Pak Cik. Ramai umat Islam yang tidak amalkan cara hidup cara Islam."


"Contoh?"


"Dedah aurat, pergaulan bebas, riba, judi, arak, tinggal solat, budaya hedonisme dan dualisme masih berakar umbi dalam masyarakat kita. Lihat sahaja unsur tahyul, mistik, seks bebas dan gosip yang mendominasi media-media umat Islam. Tidak ikut cara hidup Islam bererti terperangkap dengan cara hidup isme kapitalis, sosialis mahupun liberalis."


Pak Cik itu terkejut sedikit, lantas menyampuk, "Mana Yahudinya. Awak kata Yahudi, tapi yang awak sebut golongan hedonis, liberalis, kapitalis dan sosialis?"


"Ketiga-tiga isme itu sama."


"Sama?"


"Kesemuanya dicipta oleh golongan yang sama… ZionisYahudi!"


"Jadi demonstrasi ini tidak berfaedah?"


Saya menggeleng-gelengkan kepala perlahan.


"Ada faedahnya. Tetapi ia bermusim dan agak bersifat agak artifisial. Kita perlu agenda yang konsisten dan 'genuine'."


"Misalnya?"


"Ajak orang Islam serius solat lima waktu dengan penghayatannya sehingga dengan solat itu mampu meninggalkan kejahatan dan kemungkaran."




"Lagi?"


"Tinggalkan riba, judi, arak dalam kehidupan umat Islam. Wanita Islam didakwah dan ditarbiah secara berhikmah untuk menutup aurat dalam ertikkata sebenar dan tinggalkan pergaulan bebas!"


"Lagi?"


"Pak Cik, cara hidup Islam itu terlalu banyak. Dengan mengamalkannya satu persatu kita boleh 'berdemonstrasi hari-hari' terhadap atas Yahudi. Bila kita boikot cara hidup berseronok-seronok yakni hedonisme, ertinya kita boikot cara hidup Yahudi yang disalurkan melalui dalang-dalang mereka di Holywood."


"Idola Amerika?"


"Ya. Juga idola kita yang meniru persis mereka. Bangsa yang leka berhibur akan mudah dijajah."


Pak Cik itu batuk-batuk.


Saya urut belakangnya.


"Dah lama Pak Cik batuk? Berhentilah atau kurangkan perlahan-lahan ya Pak Cik?" kata saya seakan-akan merayu.


"Semangat Pak Cik kuat, saya doakan Pak Cik berjaya. Amin."


"Tak terfikir pula saya begitu jauh kita dibius oleh cara hidup musuh yang kita benci."


"Kadang-kadang musuh ketawa melihat kemarahan kita. Bangunkan remaja kita untuk solat subuh berjemaah, Yahudi akan sakit hati. Tutup aurat remaja perempuan kita, Yahudi akan sakit hati. Tinggalkan riba, judi, arak, pergaulan bebas, insya-Allah, Yahudi akan gigit jari."


"Tetapi kalau cara hidup kita mengikut telunjuk jari mereka, Zionis akan ketawa sekalipun berlambak-lambak bendera mereka kita dibakar. Jeritan Allah hu Akbar dalam demonstrasi itu baik, bersemangat tetapi ucapan takbir dalam solat lima waktu lebih besar maknanya. Apakah Allah akan nilai laungan Allah hu Akbar daripada umat yang tidak solat? "


"Eh, kami yang demonstrasi semua solat…"


"Bukan itu maksud saya. Tetapi seluruh umat Islam ini. Saya risau kerana ada kajian menunjukkan 80% umat Islam sudah tidak solat. Itu yang tidak solat langsung. Bayangkan pula yang solat tanpa ilmu, tanpa penghayatan dan tanpa khusyuk? Jadi berapa kerat umat ini yang benar-benar kompeten menghadapi Zionis dalam erti kata sebenar?"


Giliran Pak Cik itu tiba. Dia melangkah perlahan menuju bilik rawatan. Ditinggalkan sendirian begitu, saya lontarkan pandangan ke luar klinik. Terus merenung dan berfikir. Masih terbayang wajah pemimpin-pemimpin dan para pengikut yang ramai dalam demonstrasi seperti yang dipaparkan di dada akhbar dan di kaca televisyen. Alangkah indahnya jika demonstrasi dibuat seusai solat Subuh berjemaah dan sebelum itu didahului oleh qiamulail dan qunut nazilah?


Dan kemudian setelah selesai berdemonstrasi, para pemimpin dan ribuan pengikutnya itu terus sahaja mengamalkan cara hidup Islam dalam diri, keluarga, jabatan, unit, organisasi, masyarakat dan bahagian masing-masing. Bukan hari itu sahaja… tetapi hari-hari. Setiap hari!


Ah, bagaimana umat ini hendak disedarkan bahawa mengamalkan cara hidup Islam itulah cara penentangan yang paling dibenci oleh Yahudi? Firman Allah:


"Sekali-kali tidak redha orang Yahudi dan Nasrani sehingga kamu mengikut millah (cara hidup) mereka."



Dan alangkah baiknya jika jeritan Allah hu Akbar, dibuktikan dengan penegakan hukum Allah dalam seluruh sistem kehidupan sekali gus 'mengecilkan' pandangan akal sendiri dalam menyusun dan mengatur kehidupan ini?